Pertemuan : Rabu, 28 April 2021
Resume Ke : 11, Gel. 18
Tema : Penerbit Mayor
Narasumber : Edi S. Mulyanta, S.Si.M.T
"Buku adalah Jendela Ilmu yang akan Membuka Cakrawala Kehidupan Manusia".
"Buku adalah Jemnbatan Ilmu Untuk Menghubungkan Pengetahuan dengan Kehidupan Nyata".
"Sebuah Ruangan Tanpa Buku Ibarat Tubuh Tanpa Jiwa. Hidup Tanpa Buku Seperti Ruang Gelap Tak Berlampu".
Tak terasa pelatihan belajar menulis sudah memasuki hari ke-11 dengan berbgai materi yang disampaiakan para narasumber dikupas tuntas dan sangat penting bagi kami sebagai penulis pemula untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi jiwa-jiwa yang gersang serta buta tentang penerbitan buku. Narasumberkita kita kali ini sangat berkompeten dibidangnya yaitu Bapak Edi S. Mulyanta, S.Si.M.T dengan jabatan sebagai Publishing Consultant & E-Book Development Andi Publisher.
Kita bisa mengunjungi karya beliau untuk mengenal lebih dekat, silahkan berkunjung di Fb : https://www.facebook.com/edis.mulyanta dan Weblog : http://bukudigital.my.id http://ebukune.my.id serta banyak karya tulis buku yang sudah dihasilkan (Lihat di https://scholar.google.co.id/citations?user=tYwUNqsAAAAJ&hl=en&oi=ao)
Dunia penerbitan baik penerbit mayor maupun penerbit minor adalah dunia bisnis semata, dan terbesit idealisme di dalamnya, yang tentunya setiap penerbit mempunyai visi dan misi yang berbeda-beda. Dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme di dalamnya. Dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit.
Dunia penerbitan saat ini baik itu penerbit mayor maupun penerbit menghadapi sesuatu permasalahan yang hampir sama dengan kehidupan usaha yang lain sekarang di masa pandemi yang belum tahu kapan pasti berakhir.
Outlet utama bisnis penerbitan buku adalah pasar toko buku yang paling utama di samping tentunya pasar di luar toko buku yang tidak dapat kita ke sampingkan juga. Toko buku inilah yang menjadi soko guru dari bisnis ini sehingga ketergantungan ini sudah menjadi suatu ekosistem yang khas dalam dunia penerbitan.
Di Undang-undang Nomor 3 tahun 2017, sudah dijelaskan dengan gamblang tentang sistem perbukuan di Indonesia. Sistem Perbukuan adalah tata kelola perbukuan yang dapat dipertanggungjawabkan dan terpadu, yang mencakup pemerolehan naskah, penerbitan, pencetakan, pengembangan buku elektronik, pendistribusian, penggunaan, penyediaan, dan pengawasan buku.
Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya Demikian arti makna menurut UU No 3 - 2017. Tugas penerbit adalah mendapatkan -Naskah- yang tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara umum.
Naskah Buku adalah draf karya tulis dan/atau karya gambar yang memuat bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.. Tugas penulis adalah menghasilkan Naskah Buku yang memenuhi kriteria bagi penerbit. Sedangkan Penerbit akan mengolah Naskah Buku tersebut menjadi komoditas berupa buku cetakan maupun buku elektronik menyesuaikan perkembangan jaman.
Buku adalah karya tulis dan/atau karya gambar yang diterbitkan berupa cetakan berjilid atau berupa publikasi elektronik yang diterbitkan secara tidak berkala. Buku merupakan luaran atau outcome yang diakui oleh Undang-undang sebagai syarat dalam memenuhi kewajiban baik itu Guru, Dosen, maupun tenaga-tenaga di Pemerintahan. Beberapa Undang-undang yang memperkuat posisi buku ada di UU 12/2012 Perguruan Tinggi Pasal 46 ayat 2 ….Hasil Penelitian wajib disebarluaskan…. dipublikasikan (dalam bentuk Buku Ber ISBN). PermenPAN 26/2009 Jabfung Guru dan Angka Kredit, Pasar 11 Ayat c-2 Publikasi Buku ber ISBN.
Karena begitu pentingnya luaran atau outcomes dari beberapa profesi pendidik, sehingga tumbuh subur pula penerbit2 yang menyalurkan hasil pemikiran penulis dalam bentuk buku yang ber ISBN. Penerbit di Indonesia telah diwadahi pemerintah dalam organisasi IKAPI, sehingga bapak dan ibu yang akan menerbitkan buku, sebaiknya menggunakan saluran tersebut yang telah diakui oleh pemerintah.
Setiap penerbit diperbolehkan untuk mengajukan Nomor ISBN ke perpustakaan nasional. Di dalam perkembangannya, perpustakaan nasional memberikan penanda tertenu dalam ISBN untuk menunjukkan skala produksi penerbitannya. Skala produksi ini hanya menunjukkan kemampuan output buku yang dihasilkan serta kemampuan distribusinya ke masyarakat luas. Semakin besar output dan distribusinya, ISBN yang dikeluarkan oleh Perpusnas akan semakin banyak. Akhirnya diberikan kode produksi buku di ISBN dalam bentuk Publications Element Number.
Inilah struktur ISBN sebagai penanda Perpusnas dalam mendistribusikan nomor buku secara individual. Karena hal itulah kemudian muncul istilah penerbit mayor dan penerbit minor, hanya karena masalah skala produksi saja.. visi dan misi penerbitan semuanya sama yaitu mencari keuntungan bisnis, dan ada sisi idealisme di dalamnya.
Aturan pemerintah, terkadang bergerak mengikuti dinamika masyarakat. Karena banyaknya terbitan yang diajukan sebagai syarat Jabatan Fungsional, akhirnya pemerintah terkadang memberikan syarat tertentu untuk mempermudah klasifikasi pemberian nilai indeks di angka kredit. Sehingga munculah penerbit skala mayor (nasional) dan skala regional saja.
Bahkan di luaran Pendidikan Tinggi, jelas mensyaratkan untuk mendapatkan nilai angka kredit nasional harus diterbitkan di penerbit skala nasional (minimal 3 propinsi kantor pemasaran). Hal ini lah yang semakin menegaskan garis yang jelas penerbit mayor dan minor, hanya karena skala penjualannya.
Hal ini tentunya ke depan akan semakin diperbaiki, mengingat penerbitan buku saat ini sudah mengikuti perkembangan teknologi yaitu penerbitan buku digital. Bapak Edi menjelaskan bahwa saat ini juga pihaknya sedang mengembangkan penerbitan digital, untuk mengantisipasi perkembangan jaman yang semakin nyata terlihat arahnya ke depan. Hal ini tentunya ke depan akan semakin diperbaiki, mengingat penerbitan buku saat ini sudah mengikuti perkembangan teknologi yaitu penerbitan buku digital.
Beliau menyarankan bagi kami peserta pelatihan belajar menulis dapat melihat percontohan buku digital dan proses pemasarannya di http://bukudigital.my.id atau dapat dilihat di http://ebukune.my.id. Ini merupakan proyek percontohan pengembangan buku digital dan proses pemasarannya diperusahaan dimana beliau bekerja saat ini.
Silakan mencoba bertransaksi buku digital, supaya kita tidak ketinggalan jaman, karena buku digital ini akan menyatukan mindset penerbit mayor maupun minor, sehingga tidak ada lagi dikotomi hal tersebut. Yang ada adalah penerbit dengan kekhasan visi dan misi masing-masing, saling mengisi untuk meningkatkan literasi bangsa ini.
Penerbit saat ini sedang mencoba memperbaiki proses distribusi materi dan literasi yang terhambat di era pandemi. Karena Toko Buku, Sekolah, dan Kampus saat ini belum dapat menjadi saluran yang dapat diandalkan dalam bisnis buku saat ini.
Dengan berlakunya PSBB dan pembatasan kegiatan masyarakat di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.
Penerbit tentunya gamang dengan keadaan seperti ini, mengingat suplai naskah masih berjalan bahkan tidak terimbas pandemi, akan tetapi proses menjadikan menjadi sebuah komoditas buku yang bernilai ekonomi sangat terhambat pandemi.
Penerbit saat ini sedang mereposisi diri untuk tetap bertahan, walaupun tentunya tidak akan mudah. Sehingga kami membuka saluran-saluran promosi baru untuk masih tetap mengobarkan semangat literasi di perbukuan. Saluran-saluran digital dapat menjadi alternatif untuk tetap berkembang mendistribusikan ilmu pengetahuan. Kami mencoba mengembangkan channel TV Andi di Youtube, dan mengembangkan Production House Andi Academy, untuk tetap mengobarkan semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penerbitan buku.
Keputusan-keputusan strategik diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku. Kami memarkirkan mesin-mesin kami hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya kami kurangi jam kerjanya walaupun tidak begitu drastis. Buku-buku pendidikan, juga kita tetap pertahankan produksinya, karena kami yakin buku ini tidak lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku kita konsentrasikan ke buku pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.
Tulislah rencana penulisan dengan target market yang dituju. Sukur-sukur bapak ibu tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya. Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya. Ke depan media-media selain buku akan semain banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.
Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat beliau katakan pejuang literasi yang puritan seperti Oom Jay ini dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit. Akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang khas. Punya karakter sendiri dan tentunya ditunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit tentunya.
Salah satu peserta yang telah diterbitkan karyanya dalam bentuk e-book, bisa kita tengok di https://play.google.com/store/books/details?id=bG4HEAAAQBAJ&PAffiliateID=1101ldfwH
Kiat sukses untuk bisa menembus Penerbit Mayor:
1. Membuat proposal ke penerbit
Proposal yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dll).
2. Tergabung dalam group-group Penulis
Untuk menerbitkan buku di penerbit mayor tidak ada perantara, bisa langsung ke penerbit yang bersangkutan. Akan tetapi penerbit biasanya mempunyai group-group penulis yang selalu memberikan perancangan tulisan yang akan diusulkan. Terkadang group penulis ini cukup baik dalam hal pemenuhan judul perencanaan dan eksekusinya, sehingga terjadi kesepakatan secara ekslusif untuk diterbitkan.
3. Pemilihan Materi yang selalu Aktual dan Unik
Pemilihan Materi harus unik, artinya mempunyai kekhasan tersendiri dibanding buku pesaing serta hindari plagiarism. Penerbit mayor mempunyai team Riset dan Development, sehingga lebih fokus pemilihan materi sampai ke eksekusi pemasarannya. Hal ini lah yang membedakan penerbit mayor dan minor, penerbit mayor mempunyai tool-tool pemasaran yang lebih banyak, tool Riset dan Development yang fokus pengembangan materi.
4. Menyesuaikan kriteria naskah dengan visi misi penerbit Mayor
Kriteria naskah harus menyesuaikan visi dan misi penerbit mayor. Salah satu contoh Penerbit Mayor menerima buku untuk pengayaan pendidikan dari dasar hingga perguruan tinggi. Hampir 70% buku yang kami terbitkan adalah dengan tema tersebut, sisanya adalah tema umum 30%. Apabila kans untuk dapat terbit tentunya mengikuti kebijakan penerbit tersebut yaitu buku pengayaan pendidikan 70%.
Saat pandemi tampaknya seperti saat gelap yang tidak ada akhir, akan tetapi penerbit heran mengapa naskah begitu membanjir di tempat penerbit Andi sehingga mereka kewalahan untuk menggarapnya. Artinya apa.. semangat penulis dalam meninggalkan jejak itu tidak akan sirna .. walaupun badai ganas sedang di dapan kita. Bapak ibu tetap wajib menuliskan jejak-jejak yang dialami ibu dan bapak, dengan media apapun .. dan buku akan tetapi menjadi keabadian yang akan merekam jejak penelururan petualanan bapak ibu di dunia ini.. untuk akan cucu kita besuk di kemudian hari... Yogyakarta 28 April 2021...
Semoga kita sebagai penulis pemula akan terus meninggalkan jejak-jejak kita dengan menorehkan tinta emas dengan tulisan-tulisan terbaik kita di setiap berbagai pengalaman terindah yang pernah singgah di kehidupan kita. Aamiin ya robbaal 'alamiin...
Salam Litersai
Susanti_SMAN 1 Surabaya


Tidak ada komentar:
Posting Komentar